Suatu Majelis yang mempunyai tujuan untuk mendidik anak-anak, remaja dan masyarakat untuk lebih mendalami Hukum dan ajaran Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW (Agama ISLAM).

Rabu, 17 Februari 2010

Jadwal Majelis

"JADWAL MAJELIS TA'LIM"

  • Malam Selasa : Majelis DoOr to dO0R ke rumah Jama'ah
Pukul 20.00 s/d 22.00 WIB (Ustd. Ahmad Zulfahmi)
~ Pembacaan Maulid Al Ahzab (diiringi Hadro)
~ Pembahasan Kitab Irsyadul Anam (Fiqih)

  • Malam Rabu : Majelis Mingguan Nurul Yaqin
Pukul 20.00 s/d 22.00 WIB
1. Ustad. Aromaini
2. Ustad. M.Tauhid Tasdiq
3. Ustad. Mujib Qulyubi
Tempat : Jalan Musollah Nurul Yaqin Rt.005/08
~ Pembahasan Ilmu Tafsir
~ Pembahasan Ilmu Nahwu
~ Pembahasan Kitab Fiqih (Sifat 20 ALLAH SWT)

  • Malam Rabu (2 minggu 1 x) : Majelis AL HABIB
Pukul 20.00 s/d 22.00 WIB (Habib Syafiq Ali Ridho BSA)
Tempat : Masjid Jamie Miftahul Iman - Gg.Chemen
~ Pembacaan Ratib Al-Haddad
~ Pembahasan Kitab Matan Ghayah Wataqrib (Fiqih)

  • Malam Kamis : Majelis Mingguan Al Hikmah
Pukul 20.00 s/d 22.00 WIB (Al Ustad. Mujib Qolyubi)
Tempat : Masjid Jamie At-taqwa
~ Pembacaan Maulid (diiringin Hadro)
~ Pembacaan Manaqib Syech Abdul Qadir Jailani
~ Pembahasan Kitab (Fiqih) / Tausiah

  • Malam Jum'at : Majelis Mingguan Mamba'ul 'ulum
Pukul 20.00 s/d 21.00 WIB (Al Ustad. M.Tauhid Tasdiq)
Tempat : Jalan Masjid At-taqwa Rt.005/08 No.5
~ Pembacaan Ratib Al-Haddad
~ Pembacaan Maulid (diiringin Hadro)

  • Malam Sabtu : Majelis Mingguan Al Khairat
Pukul 20.00 s/d 22.00 WIB (Ustad. Nasirin)
Tempat : Jalan Musollah Al Khairat Rt.004/08
~ Pembacaan Sholawat Nabi Muhammad SAW
~ Pembahasan Kitab Fiqih

  • Minggu Akhir Bulan : Majelis Bulanan Mamba'ul 'ulum
Pukul 10.00 s/d 12.00 WIB (Al Ustad. M.Tauhid Tasdiq)
Tempat : Jalan Masjid At-taqwa Rt.005/08 No.5
~ Pembacaan Ratib Al-Haddad
~ Pembacaan Maulid (diiringin Hadro)
~ Pembahasan Kitab (Fiqih) / Tausiah

Pengajian ANAK-ANAK & REMAJA / PUTRA-PUTRI :
~ Al-Qur'an ~ Khaligrafi ~ Latihan Sholat
~ IQRO ~ Mahfhudot ~ Ilmu Fiqih
~ Ilmu Tajwid ~ Bahasa Arab

Waktu : Setiap Hari
Sore dan Malam Hari

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW



Ketika kita membaca kalimat diatas maka didalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian kelompok muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara ‘Aqlan wa syar’an, (logika dan syariah).

Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yang membuat mereka gembira, apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat diseluruh dunia. Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw.

Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya
• Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)
• Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15)
• Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)
• Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yang menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
• Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yang terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yang 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)

Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi sebelumnya.

Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw
Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162). dari hadits ini sebagian saudara2 kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw
asal dengan puasa.

Rasul saw jelas jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya : “oh puasa hari senin itu mulia dan boleh boleh saja..”, namun beliau bersabda : “itu adalah hari kelahiranku”, menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari hari lainnya.

Contoh mudah misalnya zeyd bertanya pada amir : “bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?”, maka amir menjawab : “oh itu hari kelahiran saya”. Nah.. bukankah jelas jelas bahwa zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yang berbeda dari hari hari lainnya bagi amir?, dan amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yang perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dengan hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari adalah hari kelahirannya, dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya, pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban beliau saw yang lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir tak mmerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yang berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dengan puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa.

Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?, Rasul saw menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw, sekaligus diperbolehkannya puasa dihari itu. Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yang perhatian pada hari kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam.

Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dengan syair yang panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)

Kasih sayang Allah atas kafir yang gembira atas kelahiran Nabi saw
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : “bagaimana keadaanmu?”, abu lahab menjawab : “di neraka, Cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syi’bul iman no.281, fathulbaari Almasyhur juz 11 hal 431). Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dengan kelahiran Rasul saw dengan membebaskan budaknya.

Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka Imam imam diatas yang meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan mereka tak mengingkarinya.

Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yang lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yang lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dengan doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata :
“betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)

Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yang menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yang dilarang adalah syair syair yang membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair syair yang memuji Allah dan Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yang mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw”(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).

Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANGORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)

2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dengan makanan makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.

3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw.

4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.

5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab

6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
Berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”.

7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
Dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”

8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
Dengan karangan maulidnya yang terkenal ”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”.

9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
Dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.

10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah alkalbi
Dengan karangan maulidnya yang bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”

11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
Dengan maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”

12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
Yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama : ”maulid ibn katsir”

13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy
Dengan maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”

14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
Telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.

15. Imam assyakhawiy
Dengan maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi

16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
Dengan maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah

17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yang terkenal dengan ibn diba’
Dengan maulidnya addiba’i

18. Imam ibn hajar al haitsami
Dengan maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam

19. Imam Ibrahim Baajuri
Mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dengan nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar.

20. Al Allamah Ali Al Qari’
Dengan maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi

21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji
Dengan maulidnya yang terkenal maulid barzanji

22. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
Dengan maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad

23. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy
Dengan maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’

24. Imam Ibrahim Assyaibaniy
Dengan maulid al maulid mustofa adnaani

25. Imam Abdulghaniy Annanablisiy
Dengan maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”

26. Syihabuddin Al Halwani
Dengan maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif

27. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
Dengan maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar

28. Asyeikh Ali Attanthowiy
Dengan maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa

29. As syeikh Muhammad Al maghribi
Dengan maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.

Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yang menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yang menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yang jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.

Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari menyambut kedatangan Islam dan Syariah Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yang dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana diriwayatkan ketika sa’ad bin Mu’adz ra datang maka Rasul saw berkata kepada kaum anshar : “Berdirilah untuk tuan kalian” (shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka’b bin Malik ra.

Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana yang dijelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yang adil dan yang semacamnya merupakan hal yang baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yang dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yang duduk, dan Imam Nawawi yang berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka taka apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun adapula pendapat lain yang melarang berdiri untuk penghormatan.(Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93)

Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam membaca maulid itu tak ada hubungan apa apa dengan semua perselisihan itu, karena Rasul saw tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari anggapan ruh Rasul saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yang tak bisa disyarahkan dengan hukum dhohir, semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri penghormatan yang Rasul saw pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan beliau saw.

Jauh berbeda bila kita yang berdiri penghormatan mengingat jasa beliau saw, tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk semangat kita menyambut risalah Nabi saw, dan penghormatan kita kepada kedatangan Islam, dan kerinduan kita pada nabi saw, sebagaimana kita bersalam pada Nabi saw setiap kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.

Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul bersama para Muhaddits dan Imam Imam besar dizamannya dalam perkumpulan yang padanya dibacakan puji pujian untuk nabi saw, lalu diantara syair syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy dan seluruh Imam imam yang hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yang luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan, dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa Bid’ah hasanah sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yang sunnah, (berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yang terncantum pada Bab Bid’ah) yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bid’ah hasanah, Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai abad ketiga hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah dan perayaan agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yang mengadakannya. (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137)

Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah islami yang diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji pujian pada Allah dan Rasul saw yang sudah diperbolehkan oleh Rasul saw, dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yang dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akanada yang mengingkarinya karena jelas jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syar’an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yang mustahab (yang dicintai), sebagaiman kaidah syariah bahwa “Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib”, semua yang menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.

Contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yang wajib. Contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yang hukumnya sunnah.

Maka perayaan Maulid Nabi saw diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah, dan dakwah merupakan hal yang wajib pada suatu kaum bila dalam kemungkaran, dan ummat sudah tak perduli dengan Nabinya saw, tak pula perduli apalagi mencintai sang Nabi saw dan rindu pada sunnah beliau saw, dan untuk mencapai tablig ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi saw, maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta silaturahmi.

Sebagaimana penulisan Alqur’an yang merupakan hal yang tak perlu dizaman nabi saw, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat mulai banyak yang membutuhkan penjelasan Alqur’an, dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yang wafat, karena ditakutkan sirnanya Alqur’an dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa Alqur’an telah dijaga oleh Allah.

Hal semacam in telah difahami dan dijelaskan oleh para khulafa’urrasyidin, sahabat radhiyallahu’anhum, Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yang awam, namun hanya sebagian saudara saudara kita muslimin yang masih bersikeras untuk menentangnya, semoga Allah memberi mereka keluasan hati dan kejernihan, amiin.

Walillahittaufiq

Haul Syekh Abu Bakar bin Salim

Al Habib ZEN bin Umar Al Attas



Al Habib ZEN bin Umar Al Attas



Selesai Acara Haul

Kunjungan Habaib (Tarim)

Al Habib Umar bin Hafiz



Al Habib Umar bin Hafiz
dan para Habaib Lain-nya




Ustad Haris dengan Prof. Doc. Al Habib Abdullah Baharun

Sohlat Khusyuk



Hatim Al-Asham ra. Ditanya, “ Bagaimana shalatmu?”
“Jika waktu shalat telah tiba, aku berwudhu secara sempurna. Setelah itu kuberjalan menuju tempat shalat yang ku inginkan. Aku duduk disana dan berusaha mempersatukan seluruh anggota tubuhku untuk shalat. Kuletakan Ka’bah tepat didepanku, titian menuju Neraka di Bawah Telapak Kakiku, Sugra di kananku, Neraka di Kiriku, Malaikat Pencabut Nyawa di Belakang Ku dan kuanggap itulah Shalat Terakhirku. Aku berdiri dengan rasa harap dan takut, kemudian kukumandangkan takbir dengan benar, kubaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan tartil. Ketika rukuk, akupun rukuk dengan merendahkan diri dihadapan Allah SWT. Saat sujud, aku bersujud dengan penuh khusyuk. Kemudian dikala duduk (tahiyyat awal), kuletakkan telapak kaki kananku dengan bertumpu pada ibu jari. Kukerjakan semua itu dengan ikhlas. Kemudian aku taktahu, shalatku itu ditolak atau diterima.

Hikmah dibalik kisah
Setiap orang mendambakan shalat yang khususk dan bermakna, hanya saja tidak semuanya mau berusaha untuk memperolehnya. Dalam kisah diatas, Hatim Al-Asham ra telah menyampaikan sebuah tips jitu untuk membuat shalat kita bermakna. Salahsatunya, adalah merasa dikejar maut.

Rasulullah SAW bersabda :

“Jika Kau berdiri menunaikan shalat, maka shalatlah dengan anggapan itu sebagai shalat perpisaha (yang terakhir).” (HR Ibu Majah dan Ahmad).

Andai setiap hendak mengerjakan shalat kita dapat benar-benar merasa bahwa itu adalah akhir usia kita dan setelah itu kita mati, tentu kita akan mengerjakan shalat sebaik mungkin. Kita akan khususk dan khidmat. Agar lebih mudah, bayangkan anda sedang ditawan musuh dan akan dihukum mati. Anda akan diberi satu kesempatan untuk menunaikan shalat. Selepas shalat, mereka akan menembak mati Anda. Kiranya, pada saat itu masih sempatkan kita memikirkan pekerjaan dan berbagai kesibukan duniawi lainnya?

Sayid Muhammad bin Abdullah Al-Aidarus berkata :

"Wahai saudaraku, ketahuilah, ahli ilmu billah (orang-orang yang mengenal Allah) selalu beramal sesuai dengan hakikat amal itu sendiri. Memperhatikan berbagai rahasia ketaatan merupakan metode mereka. Menjaga anggota tubuh agar khusyuk dan tenang, ketika rukuk maupun sujud adalah adab mereka dalam shalat."

Seorang hamba seharusnya mengetahui bahwa shalat yang ia kerjakan adalah ibarat sebuah hadiah yang ia gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Jangalah seorang meremehkan shalat, sebab Allah akan meremehkannya. Ia harus lebih memperhatikan batinnya dan meyakinkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memandang rohaninya sebagaimana Ia memandang jasmaninya. Ketika berada di hadapan Allah Ta’ala Ia harus beradab dan mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Allah.

Inti, rahasia dan ruh shalat adalah berhubungan dan konsentrasi hati kepada Allah Ta’ala tanpa henti. Inilah yang menyebabkan derajat setiap orang dalam shalat berbeda-beda. Ibnu ‘Abbas ra berkata, “Dua rakaat yang engkau kerjakan dengan tafakur dan usaha untuk memetik pelajaran serta dengan penuh keyakinan adalah lebih baik dari pada shalat sepanjang malam dengan hati yang lalai.”

Berbagai bisikan yang memutuskan hubungan hati dengan Allah Ta’ala akan mengurangi dan menodai shalat. Bisikan hati ada tiga, yaitu Khotir, Fikr dan ‘azm. Khotir adalah “sebuah bisikan yang terlintas tetapi tidak menetap dalam hati”. Fikr adalah beberapa khotir yang menetap dalam hati. Dan ‘azm adalah tekad hati untuk mewujudkan fikr.

Ketika mengerjakan shalat manusia harus berusaha memerangi, menolak dan menyingkirkan ketiga jenis bisikan ini agar tidak merusak hubungan intinya kepada Allah. Ia harus menyingkirkan dan tidak membiarkan berbagai khotir terlalu lama berlalu-lalang dalam hatinya sehingga menjadi Fikr kemudian ‘azm. Jika hal ini terjadi, maka ia tidak akan memperoleh hakikat shalat.

Hasan Al-Bashri rhm berkata, “Setiap shalat yang tidak dihadiri hati lebih cepat mendatangkan siksa.”

Sebagaimana menghadapkan wajahnya ke kiblat, seharusnya dia juga menghadapkan hatinya ke pada Allah Ta’ala. Ia tahu bahwa inilah hakikat shalat. Jika seorang hamba lalai ketika menunaikan ibdaha shalat, maka bagian yang ia lalaikan itu tidak dihitung sebagai shalat,

sebagaimana sabda Rasulullah saw :

“Engkau tidak akan memperoleh (pahala) dari shalatmu kecuali apa yang engkau pahami.” (Al Hadist)

Selepas shalat hendaknya ia berdo’a memohon kepentingan agama dan dunianya kepada Allah Ta’ala. Jangalah ia Shalat seperti orang yang terpaksa, yaitu selepas salam langsung berdiri. Sikap ini menunjukkan bahwa ia sangat lalai. Selepas shalat hendaknya ia duduk membaca tasbih, tahmid dan takbir. Kemudian berdo’a dengan khusyuk dan merendahkan diri untuk dirinya, kedua orangtuanya dan kaum muslimin muslimat. Dengan demikian shalatnya akan menjadi sempurna. Disamping itu ia juga harus berusaha menunaikan shalat di awal waktu, sebab hal ini disunahkan.

Peringatan Hari Besar Islam

Peringatan Isro' Mi'roj
Nabi Muhammad saw



Peringatan Maulid
Nabi Muhammad saw

Selasa, 16 Februari 2010

Bid’ah Dhalalah


Jelaslah sudah bahwa mereka yang menolak bid’ah hasanah inilah yang termasuk pada golongan Bid’ah dhalalah, dan Bid’ah dhalalah ini banyak jenisnya, seperti penafikan sunnah, penolakan ucapan sahabat, penolakan pendapat Khulafa’urrasyidin, nah…diantaranya adalah penolakan atas hal baru selama itu baik dan tak melanggar syariah, karena hal ini sudah diperbolehkan oleh Rasul saw dan dilakukan oleh Khulafa’urrasyidin, dan Rasul saw telah jelas jelas memberitahukan bahwa akan muncul banyak ikhtilaf, berpeganglah pada Sunnahku dan Sunnah Khulafa’urrasyidin, bagaimana Sunnah Rasul saw?, beliau saw membolehkan Bid’ah hasanah, bagaimana sunnah Khulafa’urrasyidin?, mereka melakukan Bid’ah hasanah, maka penolakan atashal inilah yang merupakan Bid’ah dhalalah, hal yang telah diperingatkan oleh Rasul saw.

Bila kita menafikan (meniadakan) adanya Bid’ah hasanah, maka kita telah menafikan dan membid’ahkan Kitab Al-Quran dan Kitab Hadits yang menjadi panduan ajaran pokok Agama Islam karena kedua kitab tersebut (Al-Quran dan Hadits) tidak ada perintah Rasulullah saw untuk membukukannya dalam satu kitab masing-masing, melainkan hal itu merupakan ijma/kesepakatan pendapat para Sahabat Radhiyallahu’anhum dan hal ini dilakukan setelah Rasulullah saw wafat.

Buku hadits seperti Shahih Bukhari, shahih Muslim dll inipun tak pernah ada perintah Rasul saw untuk membukukannya, tak pula Khulafa’urrasyidin memerintahkan menulisnya, namun para tabi’in mulai menulis hadits Rasul saw.

Begitu pula Ilmu Musthalahulhadits, Nahwu, sharaf, dan lain-lain sehingga kita dapat memahami kedudukan derajat hadits, ini semua adalah perbuatan Bid’ah namun Bid’ah Hasanah.

Demikian pula ucapan “Radhiyallahu’anhu” atas sahabat, tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw, tidak pula oleh sahabat, walaupun itu di sebut dalam Al-Quran bahwa mereka para sahabat itu diridhoi Allah, namun tak ada dalam Ayat atau hadits Rasul saw memerintahkan untuk mengucapkan ucapan itu untuk sahabatnya, namun karena kecintaan para Tabi’in pada Sahabat, maka mereka menambahinya dengan ucapan tersebut. Dan ini merupakan Bid’ah Hasanah dengan dalil Hadits di atas, Lalu muncul pula kini Al-Quran yang di kasetkan, di CD kan, Program Al-Quran di handphone, Al- Quran yang diterjemahkan, ini semua adalah Bid’ah hasanah.

Bid’ah yang baik yang berfaedah dan untuk tujuan kemaslahatan muslimin, karena dengan adanya Bid’ah hasanah di atas maka semakin mudah bagi kita untuk mempelajari Al-Quran, untuk selalu membaca Al-Quran, bahkan untuk menghafal Al-Quran dan tidak ada yang memungkirinya.

Sekarang kalau kita menarik mundur kebelakang sejarah Islam, bila Al-Quran tidak dibukukan oleh para Sahabat ra, apa sekiranya yang terjadi pada perkembangan sejarah Islam ?

Al-Quran masih bertebaran di tembok-tembok, di kulit onta, hafalan para Sahabat ra yang hanya sebagian dituliskan, maka akan muncul beribu-ribu Versi Al-Quran di zaman sekarang, karena semua orang akan mengumpulkan dan membukukannya, yang masing-masing dengan riwayatnya sendiri, maka hancurlah Al-Quran dan hancurlah Islam. Namun dengan adanya Bid’ah Hasanah, sekarang kita masih mengenal Al-Quran secara utuh dan dengan adanya Bid’ah Hasanah ini pula kita masih mengenal Hadits-hadits Rasulullah saw, maka jadilah Islam ini kokoh dan Abadi, jelaslah sudah sabda Rasul saw yang telah membolehkannya, beliau saw telah mengetahui dengan jelas bahwa hal hal baru yang berupa kebaikan (Bid’ah hasanah), mesti dimunculkan kelak, dan beliau saw telah melarang hal hal baru yang berupa keburukan (Bid’ah dhalalah).

Saudara saudaraku, jernihkan hatimu menerima ini semua, ingatlah ucapan Amirulmukminin pertama ini, ketahuilah ucapan ucapannya adalah Mutiara Alqur’an, sosok agung Abubakar Ashiddiq ra berkata mengenai Bid’ah hasanah : “sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar”.

Lalu berkata pula Zeyd bin haritsah ra :”..bagaimana kalian berdua (Abubakar dan Umar) berbuat sesuatu yang tak diperbuat oleh Rasulullah saw?, maka Abubakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, hingga iapun(Abubakar ra) meyakinkanku (Zeyd) sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan mereka berdua”.

Maka kuhimbau saudara saudaraku muslimin yang kumuliakan, hati yang jernih menerima hal hal baru yang baik adalah hati yang sehati dengan Abubakar shiddiq ra, hati Umar bin Khattab ra, hati Zeyd bin haritsah ra, hati para sahabat, yaitu hati yang dijernihkan Allah swt,

Dan curigalah pada dirimu bila kau temukan dirimu mengingkari hal ini, maka barangkali hatimu belum dijernihkan Allah, karena tak mau sependapat dengan mereka, belum setuju dengan pendapat mereka, masih menolak bid’ah hasanah, dan Rasul saw sudah mengingatkanmu bahwa akan terjadi banyak ikhtilaf, dan peganglah perbuatanku dan perbuatan khulafa’urrasyidin, gigit dengan geraham yang maksudnya berpeganglah erat erat pada tuntunanku dan tuntunan mereka.

Allah menjernihkan sanubariku dan sanubari kalian hingga sehati dan sependapat dengan Abubakar Asshiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Thalib kw dan seluruh sahabat.. amiin

Pendapat para Imam dan Muhadditsin mengenai Bid’ah :
  • Al Hafidh Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah (Imam Syafii)
Berkata Imam Syafii bahwa bid’ah terbagi dua, yaitu bid’ah mahmudah (terpuji) dan bid’ah madzmumah (tercela), maka yang sejalan dengan sunnah maka ia terpuji, dan yang tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dengan ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)

  • Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah
“Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yang berbunyi : “seburuk buruk permasalahan adalah hal yang baru, dan semua Bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah), yang dimaksud adalah hal hal yang tidak sejalan dengan Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits inimerupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yang baik dan bid’ah yang sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)

  • Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah (Imam Nawawi)
“Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang dosanya”, hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yang baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yang buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : “semua yang baru adalah Bid’ah, dan semua yang Bid’ah adalah sesat”, sungguh yang dimaksudkan adalah hal baru yang buruk dan Bid’ah yang tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)

Dan berkata pula Imam Nawawi bahwa Ulama membagi bid’ah menjadi 5, yaitu Bid’ah yang wajib, Bid’ah yang mandub, bid’ah yang mubah, bid’ah yang makruh dan bid’ah yang haram.

Bid’ah yang wajib contohnya adalah mencantumkan dalil dalil pada ucapan ucapan yang menentang kemungkaran, contoh bid’ah yang mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren, dan Bid'ah yang Mubah adalah bermacam macam dari jenis makanan, dan Bid’ah makruh dan haram sudah jelas diketahui, demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yang umum, sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik2 bid’ah”. (Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)

Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy rahimahullah
Mengenai hadits “Bid’ah Dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yang umum yang ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yang Menghancurkan segala sesuatu” (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat : “Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya” QS Assajdah-13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dhalim.pen) atau hadits : “aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini” (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).

Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yang bertentangan dengan pemahaman para Muhaddits maka mestilah kita berhati hati darimanakah ilmu mereka?, berdasarkan apa pemahaman mereka?, atau seorang yang disebut imam padahal ia tak mencapai derajat hafidh atau muhaddits?, atau hanya ucapan orang yang tak punya sanad, hanya menukil menukil hadits dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa fatwa para Imam?

Walillahittaufiq

Hadits Dhoif


Hadits Dhoif adalah hadits yang lemah hukum sanad periwayatnya atau pada hukum matannya, mengenai beramal dengan hadits dhaif merupakan hal yang diperbolehkan oleh para Ulama Muhadditsin,

Hadits dhoif tak dapat dijadikan Hujjah atau dalil dalam suatu hukum, namun tak sepantasnya kita menafikan (meniadakan) hadits dhoif, karena hadits dhoif banyak pembagiannya,

Dan telah sepakat jumhur para ulama untuk menerapkan beberapa hukum dengan berlandaskan dengan hadits dhoif, sebagaimana Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, menjadikan hukum bahwa bersentuhan kulit antara pria dan wanita dewasa tidak membatalkan wudhu, dengan berdalil pada hadits Aisyah ra bersama Rasul saw yang Rasul saw menyentuhnya dan lalu meneruskan shalat tanpa berwudhu, hadits ini dhoif, namun Imam Ahmad memakainya sebagai ketentuan hukum thaharah.

Hadits dhoif ini banyak pembagiannya, sebagian ulama mengklasifikasikannya menjadi 81 bagian, adapula yang menjadikannya 49 bagian dan adapula yang memecahnya dalam 42 bagian, namun para Imam telah menjelaskan kebolehan beramal dengan hadits dhoif bila untuk amal shalih, penyemangat, atau manaqib, inilah pendapat yang mu’tamad, namun tentunya bukanlah hadits dhoif yang telah digolongkan kepada hadits palsu.

Sebagian besar hadits dhoif adalah hadits yang lemah sanad perawinya atau pada matannya, tetapi bukan berarti secara keseluruhan adalah palsu, karena hadits palsu dinamai hadits munkar, atau mardud, Batil, maka tidak sepantasnya kita menggolongkan semua hadits dhaif adalah hadits palsu, dan menafikan (menghilangkan) hadits dhaif karena sebagian hadits dhaif masih diakui sebagai ucapan Rasul saw, dan tak satu muhaddits pun yang berani menafikan keseluruhannya, karena menuduh seluruh hadist dhoif sebagai hadits yang palsu berarti mendustakan ucapan Rasul saw dan hukumnya kufur.

Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang sengaja berdusta dengan ucapanku maka hendaknya ia bersiap siap mengambil tempatnya di neraka" (Shahih Bukhari hadits no.110),

Sabda beliau SAW pula : "sungguh dusta atasku tidak sama dengan dusta atas nama seseorang, barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku maka ia bersiap siap mengambil tempatnya di neraka" (Shahih Bukhari hadits no.1229),

Cobalah anda bayangkan, mereka yang melarang beramal dengan seluruh hadits dhoif berarti mereka melarang sebagian ucapan / sunnah Rasul saw, dan mendustakan ucapan Rasul saw.

Wahai saudaraku ketahuilah, bahwa hukum hadits dan Ilmu hadits itu tak ada di zaman Rasulullah saw, ilmu hadits itu adalah Bid'ah hasanah, baru ada sejak Tabi'in, mereka membuat syarat perawi hadits, mereka membuat kategori periwayat yang hilang dan tak dikenal, namun mereka sangat berhati hati karena mereka mengerti hukum, bila mereka salah walau satu huruf saja, mereka bisa menjebak ummat hingga akhir zaman dalam kekufuran, maka tak sembarang orang menjadi muhaddits, lain dengan mereka ini yang dengan ringan saja melecehkan hadits Rasulullah saw.

Sebagaimana para pakar hadits bukanlah sebagaimana yang terjadi dimasa kini yang mengaku ngaku sebagai pakar hadits, seorang ahli hadits mestilah telah mencapai derajat Alhafidh, alhafidh dalam para ahli hadits adalah yang telah hafal 100 ribu hadits berikut hukum sanad dan matannya, sedangkan 1 hadits yang bila panjangnya hanya sebaris saja itu bisa menjadi dua halaman bila ditulis berikut hukum sanad dan hukum matannya, lalu bagaimana dengan yang hafal 100 ribu hadits?.

Diatas tingkatan Al Hafidh ini masih adalagi yang disebut Alhujjah, yaitu yang hafal 300 ribu hadits dengan hukum matan dan hukum sanadnya, diatasnya adalagi yang disebut : Hakim, yaitu yang pakar hadits yang sudah melewati derajat Ahafidh dan Alhujjah, dan mereka memahami banyak lagi hadits hadits yang teriwayatkan. (Hasyiah Luqathuddurar Bisyarh Nukhbatulfikar oleh Imam Al Hafidh Ibn Hajar AlAtsqalaniy).

Diatasnya lagi adalah derajat Imam, sebagaimana Imam Ahmad bin Hanbal yang hafal 1 juta hadits dengan sanad dan matannya, dan Ia adalah murid dari Imam Syafii rahimahullah, dan dizaman itu terdapat ratusan Imam imam pakar hadits.

Perlu diketahui bahwa Imam Syafii ini lahir jauh sebelum Imam Bukhari, Imam Syafii lahir pada th 150 Hijriyah dan wafat pada th 204 Hijriyah, sedangkan Imam Bukhari lahir pada th 194 Hijriyah dan wafat pada 256 Hijriyah, maka sebagaimana sebagian kelompok banyak yang meremehkan Imam syafii, dan menjatuhkan fatwa fatwa Imam syafii dengan berdalilkan shahih Bukhari, maka hal ini salah besar, karena Imam Syafii sudah menjadi Imam sebelum usianya mencapai 40 tahun, maka ia telah menjadi Imam besar sebelum Imam Bukhari lahir ke dunia.

Lalu bagaimana dengan saudara saudara kita masa kini yang mengeluarkan fatwa dan pendapat kepada hadits hadits yang diriwayatkan oleh para Imam ini?, mereka menusuk fatwa Imam Syafii, menyalahkan hadits riwayat Imam Imam lainnya, seorang periwayat mengatakan hadits ini dhoif, maka muncul mereka ini memberi fatwa bahwa hadits itu munkar, darimanakah ilmu mereka?, apa yang mereka fahami dari ilmu hadits?, hanya menukil nukil dari beberapa buku saja lalu mereka sudah berani berfatwa, apalagi bila mereka yang hanya menukil dari buku buku terjemah, memang boleh boleh saja dijadikan tambahan pengetahuan, namun buku terjemah ini sangat dhoif bila untuk dijadikan dalil.

Saudara saudaraku yang kumuliakan, kita tak bisa berfatwa dengan buku buku, karena buku tak bisa dijadikan rujukan untuk mengalahkan fatwa para Imam terdahulu, bukanlah berarti kita tak boleh membaca buku, namun maksud saya bahwa buku yang ada zaman sekarang ini adalah pedoman paling lemah dibandingkan dengan fatwafatwa Imam Imam terdahulu, terlebih lagi apabila yang dijadikan rujukan untuk merubuhkan fatwa para imam adalah buku terjemahan.

Sungguh buku buku terjemahan itu telah terperangkap dengan pemahaman si penerjemah, maka bila kita bicara misalnya terjemahan Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal ini hafal 1 juta hadits, lalu berapa luas pemahaman si penerjemah yang ingin menerjemahkan keluasan ilmu Imam Ahmad dalam terjemahannya?

Bagaimana tidak, sungguh sudah sangat banyak hadits hadits yang sirna masa kini, bila kita melihat satu contoh kecil saja, bahwa Imam Ahmad bin Hanbal hafal 1 juta hadits, lalu kemana hadits hadits itu?, Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad haditsnya hanya tertuliskan hingga hadits no.27.688, maka kira kira 970 ribu hadits yang dihafalnya itu tak sempat ditulis…! Lalu bagaimana dengan ratusan Imam dan Huffadh lainnya?, lalu logika kita, berapa juta hadits yang sirna dan tak sempat tertuliskan?, mengapa?

Tentunya dimasa itu tak semudah sekarang, kitab mereka itu ditulis tangan, bayangkan saja seorang Imam besar yang menghadapi ribuan murid2nya, menghadapi ratusan pertanyaan setiap harinya, banyak beribadah dimalam hari, harus pula menyempatkan waktu menulis hadits dengan pena bulu ayam dengan tinta cair ditengah redupnya cahaya lilin atau lentera, atau hadits hadits itu ditulis oleh murid2nya dengan mungkin 10 hadits yang ia dengar hanya hafal 1 atau 2 hadits saja karena setiap hadits menjadi sangat panjang bila dengan riwayat sanad, hukum sanad, dan mustanadnya.

Bayangkan betapa sulitnya perluasan ilmu saat itu, mereka tak ada surat kabar, tak ada telepon, tak ada internet, bahkan barangkali pos jasa surat pun belum ada, tak ada pula percetakan buku, fotocopy atau buku yang diperjualbelikan.

Penyebaran ilmu dimasa itu adalah dengan ucapan dari guru kepada muridnya (talaqqiy), dan saat itu buku hanyalah 1% saja atau kurang dibanding ilmu yang ada pada mereka.

Lalu murid mereka mungkin tak mampu menghafal hadits seperti gurunya, namun paling tidak ia melihat tingkah laku gurunya, dan mereka itu adalah kaum shalihin, suci dari kejahatan syariah, karena di masa itu seorang yang menyeleweng dari syariah akan segera diketahui karena banyaknya ulama.

Oleh sebab itu sanad guru jauh lebih kuat daripada pedoman buku, karena guru itu berjumpa dengan gurunya, melihat gurunya, menyaksikan ibadahnya, sebagaimana ibadah yang tertulis di buku, mereka tak hanya membaca, tapi melihat langsung dari gurunya, maka selayaknya kita tidak berguru kepada sembarang guru, kita mesti selektif dalam mencari guru, karena bila gurumu salah maka ibadahmu salah pula. Maka hendaknya kita memilih guru yang mempunyai sanad silsilah guru, yaitu ia mempunyai riwayat guru guru yang bersambung hingga Rasul saw.

Hingga kini kita ahlussunnah waljamaah lebih berpegang kepada silsilah guru daripada buku buku, walaupun kita masih merujuk pada buku dan kitab, namun kita takberpedoman penuh pada buku semata, kita berpedoman kepada guru guru yang bersambung sanadnya kepada Nabi saw, ataupun kita berpegang pada buku yang penulisnya mempunyai sanad guru hingga nabi saw.

Maka bila misalnya kita menemukan ucapan Imam Syafii, dan Imam Syafii tak sebutkan dalilnya, apakah kita mendustakannya?, cukuplah sosok Imam Syafii yang demikian mulia dan tinggi pemahaman ilmu syariahnya, lalu ucapan fatwa fatwanya itu diteliti dan dilewati oleh ratusan murid2nya dan ratusan Imam sesudah beliau, maka itu sebagai dalil atas jawabannya bahwa ia mustahil mengada ada dan membuat buat hukum semaunya.

Maka muncullah dimasa kini pendapat pendapat dari beberapa saudara kita yang membaca satu dua buku, lalu berfatwa bahwa ucapan Imam Syafii Dhoif, ucapan Imam hakim dhoif, hadits ini munkar, hadits itu palsu, hadits ini batil, hadits itu mardud, atau berfatwa dengan semaunya dan fatwa fatwa mereka itu tak ada para Imam dan Muhaddits yang menelusurinya sebagaimana Imam imam terdahulu yang bila fatwanya salah maka sudah diluruskan oleh imam imam berikutnya.

Sebagaimana berkata Imam Syafii : “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu baker digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433), berkata pula Imam Atsauri : “Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak punya senjata maka dengan apa kau akan berperang?”, berkata pula Imam Ibnul Mubarak : “Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap namun tak punya tangganya, sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan sanad” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433)

Semakin dangkal ilmu seseorang, maka tentunya ia semakin mudah berfatwa dan menghukumi, semakin ahli dan tingginya ilmu seseorang, maka semakin ia berhati hati dalam berfatwa dan tidak ceroboh dalam menghukumi.

Maka fahamlah kita, bahwa mereka mereka yang segera menafikan / menghapus hadits dhoif maka mereka itulah yang dangkal pemahaman haditsnya, mereka tak tahu mana hadits dhoif yang palsu dan mana hadits dhoif yang masih tsiqah untuk diamalkan, contohnya hadits dhoif yang periwayatnya maqthu’ (terputus), maka dihukumi dhoif, tapi makna haditsnya misalnya keutamaan suatu amal, maka para Muhaddits akan melihat para perawinya, bila para perawinya orang orang yang shahih, tsiqah, apalagi ulama hadits, maka hadits itu diterima walau tetap dhoif, namun boleh diamalkan karena perawinya orang orang terpercaya, Cuma satu saja yang hilang, dan yang lainnya diakui kejujurannya, maka mustahil mereka dusta atas hadits Rasul saw, namun tetap dihukumi dhoif, dan masih banyak lagi contoh contoh lainnya,

Masya Allah dari gelapnya kebodohan.. sebagaimana ucapan para ulama salaf : “dalam kebodohan itu adalah kematian sebelum kematian, dan tubuh mereka telah terkubur (oleh dosa dan kebodohan) sebelum dikuburkan”.

Walillahittaufiq

Ceramah Al Habib Umar bin Hafiz, BSA





Dialah Allah, Tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Mengumpulkan kita dengan keimanan kepada Nya, Allahu.. Allahu.. Tiada Tuhan Selain Allah.., Yang Maha Merangkul kita dalam Majelis Rahmat Nya, Allahu.. Allahu.. Tiada Tuhan Selain Allah.. Dia sedang memandang kepada dasar Sanubari kita, memperhatikan segala apa yang tersembunyi dalam relung hati kita yang terdalam,

Maha Melimpahkan Kebahagiaan pada kita yang bersungguh - sungguh, Maha Menghadapi dengan Dzat Nya Yang Maha Indah kepada siapa - siapa dari kita yang menghadap kepada Nya, Maha Menggenggam dengan Genggaman Kasih Sayang Nya pada siapapun dari kita yang menghadap dan berharap kepada Nya, Raja dari para Raja, Maha Berwibawa diatas seluruh pemilik Kewibawaan, dalam Genggaman Nya segala permasalahan, Kepada Nya pula kembali segala permasahan, Maha Luhur Dia Yang dalam Genggaman Nya Kerajaan Alam dan Dia Berkuasa atas segala sesuatu, Yang Menciptakan Kehidupan dan Kematian untuk menguji kalian yang mana diantara kalian yang paling baik perbuatannya, Dan Dia Maha Perkasa dan Maha Mengampuni *(QS AL Mulk. 1-2),

Maka Kita Memohon Kepada Yang Maha Perkasa dan Maha Pengampun, agar seluruh kita semua dan semua yang hadir dijadikan sebaik - baik makhluk Nya dan yang terbaik dalam perbuatannya, Wahai Yang Maha Menciptakan kami dan Maha Menciptakan Tujuh Lapis Langit dan Bumi untuk menguji kami siapakah diantara kami yang paling baik perbuatan amalnya, Janganlah Kau dekatkan kami dari keburukan dalam ucapan dan perbuatan, Janganlah Kau dekatkan kami dari keburukan akitifitas seluruh anggota tubuh kami, dan anugerahilah (anggota tubuh) kami sebaik - baik perbuatan, dan pula bagi sanubari kami anugerahilah sebaik - baik perbuatan, penuhilah ia dengan sebaik - baik sifat, dan seindah - indah sifat, semulia kemuliaan sifat,

Wahai Tuhan sekalian manusia, Wahai Yang Maha Mendengar setiap doa, Wahai Yang Maha Cepat dalam Berkehendak, Pada Pintu Mu Yang Maha Tunggal kupasrahkan segala bebanku dan beban semua hadirin ini, dan aku berdiri Menghadap kepada Mu demi Kekasih Mu, Sang Kekasih Yang dilimpahi hak untuk memberi Syafaat, Sayyidina Muhammad, Sang Bulan Purnama yang mulia terang dan Pemilik Kedudukan Yang Luas, Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah pada beliau (saw). Wahai Yang Kami taruhkan beban kami kepada Nya, dan Yang Kami pasrahkan segala permasalahan kami kepada Nya, dan kami bertumpu kepada Nya, dan keadaan kami tak tersembunyi dihadapan Nya, jadikanlah setiap orang dari semua hadirin inimerupakan pembuka dari kemuliaan dan pengunci dari kehinaan, dan jadikan setiap satu dari semua mereka ini, penyebab dari tersebarnya kemuliaan, pembangkit kemuliaan, dan segala perbuatan mulia, dan penyebab dari terhindarnya Musibah dari ummat ini Wahai Rabbul alamiin,

Dan telah mengalir hikmah Nya, bahwa dari perbuatan maksiat keturunan Adam, akan muncul petunjuk sebagai peringatan, dan setiap kali alam pemikiran manusia bertumpu dengan menghadap kepada sesuatu selain Nya, dari sesuatu yang membuatnya berpaling, maka akan muncullah atas mereka dari kehidupan ini pertanda bahwa hal itu sia - sia dan tiada tempat kembali kecuali hanya kepada Nya,

Siapakah di alam ini yang mampu menyingkirkan penyakit?, siapa pula di alam ini yang mampu meredam gempa?, siapa pula di alam ini yang mampu menyingkirkan banjir tsunami?, siapa pula di alam ini yang mampu menahan guntur dan kilat?, siapa pula yang mampu menahan wabah penyakit untuk menyerang suatu Negara?, Hanya Allah Yang Maha Tunggal.. Hanya Allah Yang Maha Tunggal.., Tiada Sekutu bagi Nya, Dia Berfirman : “DAN KAMI AKAN MEMBERIKAN DARI SIKSA YANG KECIL, yaitu musibah - musibah jasad di dunia yang hina ini, SEBELUM SIKSA YANG DAHSYAT, lebih pedih, lebih menyakitkan, lebih menakutkan kelak, AGAR MEREKA KEMBALI”. Barangkali mereka teringatkan, bahwa keberpalingan kepada selain Allah adalah sia - sia, hina, dan kemerosotan yang jelas, dan segala permasalahan digenggaman Yang Maha Esa dan Tunggal, Maha Sendiri dan Maha Tak berubah dalam kekuasaan Nya, Dialah Allah..!, Maha Tinggi dalam kemuliaan Nya, Tiada Tuhan Selain Nya,

Wahai Tuhan Kami singkapkanlah musibah dan kesulitan dari kami, singkirkan pula segala wabah, dan penyakit dan fitnah dan ujian bagi penduduk Jakarta dan Indonesia dan seluruh wilayah muslimin ya Rabbal alamiin.. Sungguh telah bersabda kepada kita Sang Nabi Yang Membawa kebenaran kepada kita, Sayyidina Muhammad, dari Tuhan kita Yang Maha Berwibawa dan Maha Megah swt yang berfirman : “SUNGGUH AKU INGIN MENUMPAHKAN AZAB PADA PENDUDUK SUATU WILAYAH, MAKA KETIKA KULIHAT PADA WILAYAH ITU YANG MERAMAIKAN RUMAH RUMAH KU (masjid - masjid) DAN YANG SALING MENYAYANGI KARENA AKU, DAN ORANG - ORANG YANG BERISTIGHFAR DI TENGAH MALAM, MAKA KUSINGKIRKAN AZABKU DARI WILAYAH ITU”. Maka ketika Dia akan menimpakan azab pada suatu kaum, maka kulihat mereka yang meramaikan rumah - rumahku (masjid - masid) dan saling mengasihi karena aku, dan beristighfar ditengah malam, maka kusingkirkan siksaku dari wilayah itu..

Wahai Para Hamba.. Kasih sayang Tuhan Kita dalam kenikmatan dan kesulitan, selalu ada bagi mereka yang mempunyai perasaan dan akal sehat, selalu ada bagi mereka yang memiliki kesungguhan dalam beramal, mereka yang bersyukur atas kenikmatan - kenikmatan Nya, dan kembali mengadu kepada Nya dalam musibah dan kesulitan, dan tersingkir dari mereka khayalan dan sangkaan untuk bertumpu kepada selain Nya, maka mereka bersungguh - sungguh dalam beribadah kepada Nya, maka dia akan menerima, maka Dia memaafkan, dan menghapus catatan dosa mereka dengan gantian tumpukan pahala, Dia Tidak Membutuhkan kita, dan Kita sangat Membutuhkan Bantuan Nya dalam segala hal, namun Dia berlaku kepada kita dengan kebaikankebaikan ini semua.. maka bahkan bila datang perbuatan dosa dari hamba Nya dan ia mau memohon ampunan dosa, maka dosanya itu dirubahnya menjadi tumpukan pahala, Sungguh dia adalah Maha Pengasih.., Sungguh Dia adalah Maha Memberi.., Sungguh Dialah Maha Dermawan.., Sungguh dialah Allah..,

(Ketahuilah bahwa) Allah.. wahai para hadirin.. (ketahuilah bahwa) Allaaah.. Alangkah agungnya kalimat ini.. Alangkah Luhurnya kalimat ini, Allaaah.. sangat manis..indah.. ledzat diucapkan.., tempat mengadu bagi seluruh hamba Nya.., Keselamatan bagi para hamba adalah Allah, Keberuntungan terbesar bagi para hamba adalah Allah,

Wahai Para Hamba, Musibah - musibah kecil, yaitu musibah - musibah pada tubuh kita dan jasad, dan musibah - musibah kehidupan dunia, selamatlah dari mereka yang selamat, namun kecelakaan yang terbesar, dan musibah terbesar, tak satupun yang selamat dari hal itu kecuali yang memiliki 4 sifat dari sifat yang dikenalkan oleh Tuhan seluruh Manusia, Wahai kalian dengarkanlah ucapan dari Pemilik Bumi dan sekalian langit.. : “DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG, DEMI MASA, SUNGGUH MANUSIA ITU DALAM KERUGIAN, KECUALI MEREKA YANG BERIMAN, DAN BERAMAL SALIH, DAN YANG SALING MENASIHATI DALAM KEBENARAN DAN SALING MENASEHATI DALAM KESABARAN”. (QS Al Ashr)

Selain mereka ini akan celaka, jatuh dalam kerugian yang sangat besar, yang tak akan bisa terselamatkan, tak ada pula pertolongan darinya, tidak pula ada penyelesaian darinya, tidak pula ada akhirnya, kerugian yang abadi.., jatuhlah padanya (kerugian) barangsiapa yang tidak berpegang pada empat sifat ini.., sama saja apakah ia kaya atau miskin, apakah ia terkenal diantara manusia atau tidak dikenal, atau dalam keadaan sehat tubuhnya atau sakit, maka barangsiapa yang kehilangan 4 (empat) bagian ini, maka ia merugi dengan kerugian yang abadi, celaka dengan kecelakaan yang abadi, namun bagi yang bersifat dengan empat hal ini maka ia beruntung dan selamat, dalam keabadian, beruntung selama lamanya dan abadi tanpa akhir, maka lebih utama bagi para tokoh dan kalian disini, agar berfikir mengenai hakikat - hakikat kesulitan yang sangat dahsyat, dan tempat kembali yang akan abadi kelak..,

DEMI MASA.. Allah telah bersumpah dengan "Masa", yaitu Masa kehidupan Nabi Muhammad (saw), sebagaimana Allah bersumpah pada ayat yang Lain "DEMI USIAMU YAA MUHAMMAD, SUNGUH MEREKA TENGGELAM DALAM MABUK KESIA - SIAAN" (QS Al Hijr-72), dan sejak Usia beliau dan Masa Beliau saw bermula dengan Maulid (kelahiran) beliau saw, selesai dengan wafat.., maka semua masa sebelum kelahiran beliau dan sesudah wafat beliau menjadi jauh berbeda dengan masa kehidupan beliau saw (sebelum kelahiran adalah kegelapan, sesudah wafat beliau adalah cahaya hidayah, maka kegelapan dan cahaya hidayah dipisahkan oleh usia beliau, maka Allah bersumpah dengan Masa kehidupan dan usia beliau.

Diciptakan Nya Langit dan Bumi, tercipta pula masa setahun selama 12 bulan, yang padanya terdapat 4 bulan haram, maka semua daripada tahun - tahun itu, dan segenap bulan - bulan, terlewatkan 4 bulan, dan berlalu dari tahun ke tahun dan dari abad ke abad, namun dari segenap masa itu tiada seperti masa saat kelahiran beliau hingga wafatnya saw, masa 63 tahun ini, tak ada yang menyamai kemuliaannya padawaktu sebelumnya atau sesudahnya, yaitu saat itu adalah Allah memunculkan sang Kekasih yang menjadi makhluk yang paling dicintai Nya, dan semulia - mulia segala sesuatu di sisi Nya, dialah Nabi Kalian Muhammad... (saw), yang menyeru kalian Sayyidina Muhammad.. (saw), yang menyelamatkan kalian dari neraka, dari kemurkaan, kehinaan, siksa, musibah, Sayyiduna Muhammad.., yang membuat kalian dijadikan sebagai sebaik - baik ummat dimuka bumi, dan kekasih sanubari kita Sayyiduna Muhammad...,

Allah akan perlihatkan pada kalian wajah beliau saw di dunia ini....!, Allah akan perlihatkan pada kalian wajah beliau saw saat di sakratulmaut..!, akan perlihatkan pada kalian wajah beliau saw saat di alam barzakh..!, akan perlihatkan pada kalian wajah beliau saw saat di hari kiamat...!, akan perlihatkan pada kalian wajah beliau saw saat di dalam Istana Sorga..!, dan kita semua dan keluarga kita, dan anak anak kita dan para kekasih kita Wahaiiii....Rabbul 'alamiin..,

Celakalah mata, yang diharamkan dari melihat wajah Muhammad.., Celakalah mata yang terdapat terhalang antaranya dengan Bentuk Muhammad (saw), Demi Allah.. mata itu yang diharamkan dari melihat wajah Muhammad (saw) dihari kiamat..diharamkan dari melihat sorga, diharamkan dari melihat Allah.. selama - lama Nya.., tempat mereka adalah api, akan kembali kepada Api, puri - puri kehinaan, Celakalah mata yang diharamkan dari melihat wajah Muhammad (saw), celakalah atasnya.. celakalah atasnya.. celakalah atasnya.., Wahai Allah janganlah kau jadikan pada kami mata yang diharamkan dari melihat wajah Nabi Mu (saw), juga pada keluarga kami, istri - istri kami, anak - anak kami, kerabat kami, putra - putri kami, sahabat - sahabat kami, murid - murid kami, dan para pecinta kami Wahai Rabbul 'alamiin............., Yaa Arhamarrahimiin..., Yaa Arhamarrahimiin..., Yaa Arhamarrahimiin...,

Demi Kewibawaan Mu dan Kemegahan Mu, dan bagi yang mendirikan majelis ini, yang hanya menginginkan Ridho Mu, dan takut atas kemurkaan Mu, dan bersemangat untuk mendampingi Nabi Mu, dan Wahai Allah Terimalah Kami dan kami semua, Curahkan Keberkahan pada Sayyid Munzir dan apa - apa yang ia perjuangkan daripada kemuliaan, dan saudara - saudaranya dari para da'i ilallah, dan para Ulama yang berdakwah, dan yang mendukung mereka dari para tokoh dan pejabat negara ini,

Keselamatan dan kemakmuran sebuah wilayah dan Negara, semua penguasa dan semua penanggungjawab, semua pejabat dan semua bawahannya, tergantung kepada condongnya hati, kearah Cahaya Sang Nabiy (saw), bila hati telah condong kearah Cahaya Allah ini, maka kemakmuran bagi kesemuanya, keberuntungan bagi semua, kebaikan terlimpah bagi mereka semua, maka akan tersingkir dari mereka keburukan bencana, bencana yang dekat dan yang jauh, maka tiadalah keselamatan selain dengan hal itu, “DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG, DEMI MASA, SUNGGUH MANUSIA ITU DALAM KERUGIAN, KECUALI MEREKA YANG BERIMAN, DAN BERAMAL SALIH”, secara hukum yang jelas.., secara hukum yang jelas.., siapa yang membuat hukum ini..?, yang membuat hukum ini adalah Yang Tiada pengatur atas hukum Nya, dan Tiada Pula yang mampu menolak Ketentuan Nya, Dialah Allaaaaah... Dialah Allaaaaah... Dialah Allaaaaah... Dialah Allaaaaah Yang Tiada Tuhan Selain Nya, Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dan yang Jelas terlihat, Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang.., Dialah Allaaaaah.., menghukumi kerugian bagi semua manusia, terkecuali “TERKECUALI MEREKA YG BERIMAN, DAN BERAMAL SALIH, DAN YANG SALING MENASIHATI DALAM KEBENARAN DAN SALING MENASEHATI DALAM KESABARAN”. (QS Al Ashr), maka yang memiliki keempat sifat ini, maka ia beruntung dan selamat, siapapun yang hidup dalam kefakiran atau kekayaan, walaupun ia memiliki komputer atau tak memilikinya, apakah ia memahamai teknologi atau tak memahami teknologi, apakah ia adalah penegak hukum atau rakyatnya, apakah mereka tersohor diantara manusia, ataupun yang tak dikenal oleh siapapun, apakah ia hidup dalam kesehatan atau yang hidup dalam penyakit yang berkepanjangan, barangsiapa yang memiliki 4 sifat ini, maka ia beruntung, mulia, selamat, selama - lamanya tanpa akhir, dan bersama dengan Nabi Muhammad (saw), maka barangsiapa yang kehilangan 4 sifat ini, sama saja apakah ia miskin ataupun kaya, walau ada 10 komputer dirumahnya atau tak mengenalnya sama sekali, apakah ia memiliki 50 mobil atau tidak memiliki sebuah motor sekalipun, semua sama, merugi.. merugi.. merugi.., apakah ia adalah penegak hukum atau rakyatnya, apakah mereka miskin ataupun kaya, apakah ia memiliki kesehatan atau pesakitan, merugi.. merugi. Merug..., Celaka.. celaka.. celaka.., tiada menjadi tolak ukur dalam semua itu, tolak ukurnya adalah pada Tuhan Langit dan Bumi, dan Pemilik dunia dan Akhirat, dengan keimanan, dan amal shalih, dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, tiada lagi tolak ukur selain dengan itu, dan segala pemahaman selainnya, akan runtuh dan sirna, maka tegaklah Pemahaman pada Yang Maha Tunggal dengan Ke Esaan Nya, ketika berucap pada semua makhluk Nya, MILIK SIAPAKAH KEKUASAAN SAAT INI..?, MILIK SIAPAKAH KEKUASAAN SAAT INI..? MILIK SIAPAKAH KEKUASAAN SAAT INI..?, Wahai Para Penguasa Arab, Wahai Penguasa selain Arab, Wahai para ummat yang terdahulu, wahai para ummat yang terakhir, MILIK SIAPAKAH KEKUASAAN SAAT INI..?, tiada satupun yang menjawab, kesemuanya telah menemui kematian.., Maka Dia Yang Maha Hidup Menjawab Pertanyaan Nya sendiri oleh diri Nya sendiri.., MILIK ALLAAH.. MAHA TUNGGAL DAN MAHA MAMPU MEMAKSAKAN KEHENDAK NYA.., Yang Maha Menundukkan seluruh Hamba Nya dengan kematian,

Maka dengan majelis ini, terkuatkan iman, dan terbangkitkan keinginan beramal shalih, dan kita mendengarkan nasehat dengan kebenaran, dan mendengarkan nasehat untuk bersabar, maka kita terselamatkan dari Neraka, kita dan rumah - rumah kita serta penghuninya, dan istri - istri kita serta keluarga mereka, dan kampung - kampung kita dan para penduduknya, dan wilayah kita dan penduduknya, Maka atas kalian tanggung jawab yang besar, dengan kesungguhan kepada Allah, dan ikhlas semata - mata hanya karena Nya, dan akhlak yang mulia, dan kelembutan, kasih sayang dan kecintaan, maka dengan itu semua, selamatkanlah hamba - hamba Allah, Kasihanilah hamba - hamba Allah, maka kalian akan dikasihani oleh Allah.., dan (sabda Rasul saw). Mereka yang mempunyai sifat kasih sayang dan penyantun, maka mereka disantuni dan dikasihani oleh Yang Maha Luhur dan Maha Agung,

Kalian saat ini sedang dicurahkan atas kalian Rahmat Nya disini, barangkali salah seorang dari tetanggamu, atau salah seorang dari kerabatmu, atau salah satu dari teman - temanmu, saat sekarang ini mungkin sedang dicurahi laknat dan kemurkaan.., bermaksiat, berdosa, dan berbuat lancang pada Yang Maha Berkuasa, melanggar ketentuan Syari’ah, dalam narkotika, atau dalam perbuatan hina, dalam perbuatan membicarakan aib orang lain, pencurian, atau dalam kegelapan dosa, atau dalam pemandangan yang diharamkan Nya, maka Laknat tertumpah padanya, Maka siapakah yang mengasihani mereka?, wajib bagi kita mengasihani mereka, wajib bagi kita mengasihani mereka, maka selamatkanlah.. selamatkanlah.. dengan kesungguhan doa dan munajat kalian, maka bermunajatlah untuk menyelamatkan mereka, selamatkanlah mereka agar kalian mengembalikan mereka kepada tempat tempat yang tercurah padanya Rahmat Nya.., menggantikan tempat laknat dan kemurkaan, Maka hal seperti ini adalah Rahmat Yang Terbesar, kasihanilah penduduk bumi niscaya kalian akan dikasihani oleh yang dilangit, (yaitu Allah), (sabda Rasul saw). Mereka yang mempunyai sifat kasih sayang dan penyantun, maka mereka disantuni dan dikasihani oleh Yang Maha Luhur dan Maha Agung, maka ketika seseorang mencaci orang yang minum arak dan minuman keras, lalu si peminum arak dihukum, lalu ia mengulangi perbuatannya lagi meminum arak, lalu dihukum, demikian berkali - kali, maka ada diantara para sahabat yang mencacinya, maka Rasul saw bersabda : “janganlah kau tolong syaitan untuk mencelakakan saudaramu”, kita hanya bermaksud mensucikannya dan mengembalikannya kepada Rahmat Nya, maka janganlah kau mencacinya, dan janganlah jadi penolong syaitan untuk mencelakakan saudaramu, inilah ajaran Nabi Muhammad.. (saw), ajaran Muhammad.., ajaran yang benar dalam kejujuran, ajaran menepati Janji, ajaran kesucian, ajaran budi pekerti yang agung, “NUUUN.. DEMI ALQALAM DAN APA - APA YANG DITULISNYA, TIDAKLAH ENGKAU ITU TERTIPU DENGAN KENIKMATAN TUHANMU (wahai Muhammad), DAN BAGIMU LIMPAHAN PAHALA YANG TAK PERNAH TERHENTI, DAN SUNGGUH ENGKAU BERADA DALAM AKHLAK YANG AGUNG.., DAN SUNGGUH ENGKAU BERADA DALAM AKHLAK YANG AGUNG..”, Nabi yang agung, dan budi pekerti beliau adalah budi pekerti yang diagungkan oleh Allah Arrahman, dalam Imam semua kutub (Alqur’an),

Segala Puji Bagi Allah yang telah mengkhususkan kalian dengan Nabi yang Agung, Akhlak beliau Agung, Derajat beliau agung, ajaran beliau agung, bimbingan beliau agung, sejarah beliau agung, cahaya beliau agung, syariat beliau agung, pahala beliau agung, keadaan beliau agung, Kekasih Yang Maha Agung, Kekasih Yang Maha Agung, Allah mengagungkan penciptaan beliau (saw), Allah mengagungkan budi pekerti beliau (saw), Allah mengagungkan ajaran beliau, Allah mengagungkan syariat beliau, bacalah.. “DAN BAHWA ANUGERAH ALLAH ATASMU SANGATLAH AGUNG.. dan DIA MENGAJARIMU (wahai Muhammad saw) APA - APA YANG BELUM KAU KETAHUI, DAN ANUGERAH ALLAH ATASMU SANGATLAH AGUNG, SUNGGUH ANUGERAH NYA ATASMU SANGATLAH BESAR”, maka betapa besar keutamaan Muhammad.. (saw), betapa agungnya kemuliaan Nabi Muhammad.. (saw),Allah Yang Maha Tunggal dan Esa mengagungkan beliau (saw), Wahai betapa beruntungnya mereka yang menyambungkan dirinya dengan Nabi ini.. (saw), ketahuilah bahwa amal perbuatanmu dihadapkan dan dilaporkan pada beliau (saw), maka jangan kau keruhkan dan kau sedihkan hati beliau dengan perbuatan yang melanggar ajaran beliau (saw), maka berusahalah untuk selalu menggembirakan hati beliau (saw), dan dengarlah sabda beliau dalam hadits shahih, “Kehidupanku kebaikan bagi kalian, wafatku kebaikan bagi kalian”, maka bekatalah para sahabat : “Wahai Rasulullah.., kehidupanmu tentu merupakan kebaikan bagi kami, maka bagaimana dengan wafatmu menjadi kebaikan bagi kami?”, Rasul saw bersabda : “kehidupanku kebaikan bagi kalian, kuajarkan pada kalian sunnah, dan kuajarkan syariah pada kalian, kalian berbuat dan mendapat pahala, dan wafatkupun kebaikan bagi kalian, didatangkan padaku amal - amal kalian, bila kulihat padanya catatan kebaikan maka aku memuji Allah, bila kulihat catatan amal buruk maka aku beristighfar untuk kalian”,

Beliau mengikuti dosa - dosa kita dengan istighfar sedangkan beliau di kuburnya, beliau mengikuti kita dengan istighfarnya sedangkan beliau di alam barzakh, ketika beliau saw di dunia, setiap hari beliau beristighfar untuk kita, dan dari Kasih Sayang Allah Arrahman Dia swt berkata, “wahai kekasih Ku, beristighfarlah untuk ummatmu.., beristighfarlah untuk orang - orang mukmin.., mereka akan beristghfar untuk diri mereka sendiri, tapi tidak menyamai istighfarmu, maka engkau pun istighfarlah untuk mereka, aku mengajarimu dari bentuk istighfar yang tak diketahui mereka, maka sebelum mereka beristighfar padaku, engkau dahului dengan istighfar mereka”, “BERISTIGHFARLAH UNTUK DOSA - DOSAMU DAN UNTUK ORANG MUKMIN LELAKI DAN WANITA, DAN ALLAH MAHA MENGETAHUI KEADAAN KALIAN DAN TEMPAT KEMBALI KALIAN”, maka Nabi beristighfar untuk kalian.., sebagaimana ketika Sayyidatina Aisyah berbuat sesuatu yang menggembirakan Rasul saw. Maka Rasul saw berdoa : “Wahai Allah Ampunilah dosa Aisyah putri Abibakar, dari dosa yang terdahulu dan yang akan datang, yang tersembunyi dan yang terlihat, yang termunculkan dan yang terpendam”, maka gembiralah Sayyidatuna Aisyah ra seakan akan ia melayang diudara dari senangnya, maka Rasul saw berkata : “Engkau senang?”, maka berkatalah Aisyah ra : “bagaimana aku tak senang wahai
Rasulullah..?, kau doakan aku dengan doa - doa mulia itu..”, maka Rasul saw bersabda : “Demi Allah.. inilah doaku untuk ummat ku setiap malamnya, .. inilah doaku untuk ummat ku setiap malamnya”, Setiap malam ia beristighfar untuk ummat ini, dan memohonkan kasih sayang Allah untuk ummat ini, saw.

Suatu hari, beliau duduk, menjahit terompahnya, berkeringat, maka bercahayalah wajah beliau dari tetesan keringatnya seakan mutiara bertaburan di wajah beliau saw, maka bercahaya terang benderanglah cahaya dari dahi beliau saw, maka Aisyah memuji beliau saw dengan syair - syairnya, maka beliau meletakkan terompahnya dan berkata : “apa - apa yang membuat engkau gembirapun telah membuatku gembira”, beliau gembira dengan aisyah karena ikatan hati aisyah kepada beliau saw, yaitu dengan kecintaan yang membuat Aisyah mendapatkan derajat yang luhur dihadirat Tuhannya, Maka betapa beruntungnya orang yang terikat hatinya dengan Rasulullah saw, maka bermunajatlah bersama - sama kepada Allah, Wahai Yang Mengumpulkan kami dalam kemuliaan ini, sempurnakanlah bagi kami Nikmat Mu, Wahai Yang Maha Lebih Mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang, Wahai Allah, Wahai Yang Maha Terdahulu dari segala Yang terdahulu, Wahai Yang Maha Terakhir dari segala yang terakhir, Wahai Yang Maha Memiliki Kekuatan Yang Dahsyat, Wahai Yang Maha Mengasihani yang miskin, Wahai Yang Maha Lebih Mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang, Wahai Yang Maha Lebih Mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang, Wahai Yang Maha Lebih Mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang, Jangan Kecewakan kami dan jangan pula Kau Kecewakan semua dari yang dalam perkumpulan ini, Yaa Allaaaaaaaah..,

Jangan Kau hinakan satupun dari mereka didunia dan di hari kiamat Yaa Allaaah.., Dihari dimana Kau Katakan “HARI DIMANA ALLAH TAK AKAN MENGHINAKAN SANG NABI, DAN YANG BERIMAN BERSAMANYA, BERSAMANYA, BERSAMANYA, CAHAYA MEREKA MENERANGI MEREKA DARI KANAN DAN KIRI MEREKA, MEREKA BERKATA WAHAI TUHAN KAMI SEMPURNAKANLAH CAHAYA KAMI, DAN AMPUNI KAMI DAN ENGKAU MAHA BERKUASA ATAS SEGALA SESUATU”, maka aku berkata “WAHAI TUHAN KAMI SEMPURNAKANLAH CAHAYA KAMI, DAN AMPUNI KAMI DAN ENGKAU MAHA BERKUASA ATAS SEGALA SESUATU, WAHAI TUHAN KAMI SEMPURNAKANLAH CAHAYA KAMI, DAN AMPUNI KAMI DAN ENGKAU MAHA BERKUASA ATAS SEGALA SESUATU, BERKATA WAHAI TUHAN KAMI SEMPURNAKANLAH CAHAYA KAMI, DAN AMPUNI KAMI DAN ENGKAU MAHA BERKUASA ATAS SEGALA SESUATU”, Demi Kekasih Mu Muhammad aku bersumpah pada Mu, agar kau jadikan kami dari kelompok yang beriman dan beramal shalih, dan yang saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, dan agar kau angkat musibah dari penduduk wilayah ini dan seluruh wilayah muslimin, dan agar kau pindahkan keadaan muslimin pada keadaan yang seindah - indahnya, dan agar kau berikan bagi kami Husnulkhatimah saat kematian, dan agar kau jadikan akhir dari ucapan kami di dunia ini adalah LAA ILAAHA ILLALLAH.. , dan agar Kau masukkan kami pada kubur kami dengan Cahaya LAA ILAAHA ILLALLAH, dan agar kau kumpulkan kami di hari kiamat dengan kelompok yang sempurna dalam LAA ILAAHA ILLALLAH.., dan agar kau benamkan kami dan kau penuhi kami dengan cahaya dan hakikat LAA ILAAHA ILLALLAH.., Dan pada segala permohonan ini dan segala yang tak kami ketahui dan dalam tirai selubung Pengetahuan Mu Yaa Allah, maka kami semua bermunajat kepada Mu, dan kami semua Mengemis kepada Mu, agar Kau muliakan Kami dengan itu semua Yaa Allah.., Maka kami semua berucap : YAA ALLAHU YAA ALLAH.. Janganlah seorangpun meninggalkan majelis ini kecuali sudah terampuni dosanya, tertutup segala aibnya, Shalih hatinya, terlimpahkan permintaannya, terjaga sisa usianya, berakhir dengan kebaikan, Wahai Yang Maha Lebih Mengasihani dari semua pemilik sifat kasih sayang.

TABARUK



Tabaruk Artinya : Mengambil Keberkahan Dari Bekas atau Tubuh Shalihin
Banyak orang yang keliru memahami makna hakikat tabarruk dengan Nabi Muhammad saw, peninggalan-peninggalannya saw, dan para pewarisnya yakni para ulama, para kyai dan para wali dan shalihin. Karena hakekat yang belum mereka pahami, mereka berani menilai kafir (sesat) atau musyrik terhadap mereka yang bertabarruk pada Nabi saw atau ulama.

Mengenai azimat (Ruqyyat)
dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada kitab Faidhulqadir Juz 3 hal 192, dan Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal.316/317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat ayat Alqur’an.

Mengenai benda-benda keramat, maka ini perlu penjelasan yang sejelas jelasnya, bahwa benda benda keramat itu tak bisa membawa manfaat atau mudharrat, namun mungkin saja digunakan Tabarrukan (mengambil berkah) dari pemiliknya dahulu, misalnya ia seorang yang shalih, maka sebagaimana diriwayatkan :
  • Para sahabat seakan akan hampir saling berkelahi saat berdesakan berebutan air bekas wudhunya Rasulullah saw (Shahih Bukhari Hadits no. 186),
  • Allah swt menjelaskan bahwa ketika Ya’qub as dalam keadaan buta, lalu dilemparkanlah ke wajahnya pakaian Yusuf as, maka iapun melihat, sebagaimana Allah menceritakannya dalam firman Nya SWT :
“(Berkata Yusuf as pada kakak kakaknya) PERGILAH KALIAN DENGAN BAJUKU INI, LALU LEMPARKAN KEWAJAH AYAHKU, MAKA IA AKAN SEMBUH DARI BUTANYA” (QS Yusuf 93), dan pula ayat : “MAKA KETIKA DATANG PADANYA KABAR GEMBIRA ITU, DAN DILEMPARKAN PADA WAJAHNYA (pakaian Yusuf as) MAKA IA (Ya’qub as) SEMBUH DARI KEBUTAANNYA” (QS Yusuf 96).

Ini merupakan dalil Alqur’an, bahwa benda/pakaian orang orang shalih dapat menjadi perantara kesembuhan dengan izin Allah tentunya, kita bertanya mengapa Allah sebutkan ayat sedemikian jelasnya?, apa perlunya menyebutkan sorban yusuf dengan ucapannya : “PERGILAH KALIAN DENGAN BAJUKU INI, LALU LEMPARKAN KEWAJAH AYAHKU, MAKA IA AKAN SEMBUH DARI BUTANYA”.

Untuk apa disebutkan masalah baju yang dilemparkan kewajah ayahnya?, agar kita memahami bahwa Allah SWT memuliakan benda benda yang pernah bersentuhan dengan tubuh hamba hamba Nya yang shalih. kita akan lihat dalil dalil lainnya.
  • Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yang sakit maka ia mencelupkan bajuRasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yang sakit (shahih Muslim hadits no.2069).
  • Rasul saw sendiri menjadikan air liur orang mukmin sebagai berkah untuk pengobatan, sebagaimana sabda beliau : “Dengan Nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yang sakit pada kami, dengan izin tuhan kami” (shahih Bukhari hadits no.5413), ucapan beliau saw : “demi air liur sebagian dari kami” menunjukkan bahwa air liur orang mukmin dapat menyembuhkan penyakit, dengan izin Allah swt tentunya, sebagaimana dokter pun dapat menyembuhkan, namun dengan izin Allah pula tentunya, hadits ini menjelaskan bahwa rasul saw bertabarruk dengan air liur mukminin bahkan tanah bumi, menunjukkan bahwa pada hakikatnya seluruh ala mini membawa keberkahan dari Allah swt.
  • Seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya : “dimana tempat yang kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla (Shahih Bukhari hadits no.1130)
  • Nabi Musa as ketika akan wafat ia meminta didekatkan ke wilayah suci di palestina, menunjukkan bahwa Musa as ingin dimakamkan dengan mengambil berkah pada tempat suci (shahih Bukhari hadits no.1274).
  • Allah memuji Nabi saw dan Umar bin Khattab ra yang menjadikan Maqam Ibrahim as (bukan makamnya, tetapi tempat ibrahim as berdiri dan berdoa di depan ka’bah yang dinamakan Maqam Ibrahim as) sebagai tempat shalat (musholla), sebagaimana firman Nya : “Dan jadikanlah tempat berdoanya Ibrahim sebagai tempat shalat” (QS Al Imran 97), maka jelaslah bahwa Allah swt memuliakan tempat hamba hamba Nya berdoa, bahkan Rasul saw pun bertabarruk dengan tempat berdoanya Ibrahim as, dan Allah memuji perbuatan itu.
  • Diriwayatkan ketika Rasul saw barusaja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul saw, maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata : “aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi saw dan kuinginkan untuk kafanku nanti” (Shahih Bukhari hadits no.5689), demikian cintanya para sahabat pada Nabinya saw, sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad saw.
  • Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yang merobek perutnya dengan luka yang sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), "Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra", maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : "Tidak ada yang lebih kupentingkandaripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yang sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : "Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”
  • Demikian pula Abubakar shiddiq ra, yang saat Rasul saw wafat maka ia membuka kain penutup wajah Nabi saw lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi tubuh beliau saw dan berkata : “Demi ayahku, dan engkau dan ibuku wahai Rasulullah.., Tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian yang telah dituliskan Allah untukmu kini telah kau lewati”. (Shahih Bukhari hadits no.1184, 4187).
  • Salim bin Abdullah ra melakukan shalat sunnah di pinggir sebuah jalan, maka ketika ditanya ia berkata bahwa ayahku shalat sunnah ditempat ini, dan berkata ayahku bahwa Rasulullah saw shalat di tempat ini, dan dikatakan bahwa Ibn Umar ra pun melakukannya. (Shahih Bukhari hadits no.469). Demikianlah keadaan para sahabat Rasul saw, bagi mereka tempat-tempat yang pernah disentuh oleh Tubuh Muhammad saw tetap mulia walau telah diinjak ribuan kaki, mereka mencari keberkahan dengan shalat pula ditempat itu, demikian pengagungan mereka terhadap sang Nabi saw.
  • Dalam riwayat lainnnya dikatakan kepada Abu Muslim, wahai Abu Muslim, kulihat engkau selalu memaksakan shalat ditempat itu?, maka Abu Muslim ra berkata : Kulihat Rasul saw shalat ditempat ini” (Shahih Bukhari hadits no.480).
  • Sebagaimana riwayat Sa’ib ra, : "aku diajak oleh bibiku kepada Rasul saw, seraya berkata : Wahai Rasulullah.., keponakanku sakit.., maka Rasul saw mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu beliau saw, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau saw" (Shahih Muslim hadits no.2345).
  • Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra bahwa kami memiliki rambut Rasul saw, maka ia berkata: “Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari hadits no.168). demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi saw dimata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya.
  • Diriwayatkan oleh Abi Jahiifah dari ayahnya, bahwa para sahabat berebutan air bekas wudhu Rasul saw dan mengusap2kannya ke wajah dan kedua tangan mereka, dan mereka yang tak mendapatkannya maka mereka mengusap dari basahan tubuh sahabat lainnya yang sudah terkena bekas air wudhu Rasul saw lalu mengusapkan ke wajah dan tangan mereka” (Shahih Bukhari hadits no.369, demikian juga pada Shahih Bukhari hadits no.5521, dan pada Shahih Muslim hadits no.503 dengan riwayat yang banyak).
  • Diriwayatkan ketika Anas bin malik ra dalam detik detik sakratulmaut ia yang memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul saw dan beberapahelai rambut Rasul saw, maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanut nya (shahih Bukhari hadits no.5925)
Tampaknya kalau mereka ini hidup di zaman sekarang, tentulah para sahabat ini sudah dikatakan musyrik, tentu Abubakar sudah dikatakan musyrik karena menangisi dan memeluk tubuh Rasul saw dan berbicara pada jenazah beliau saw

Tentunya umar bin khattab sudah dikatakan musyrik karena disakratulmaut bukan ingat Allah malah ingat kuburan Nabi saw Tentunya para sahabat sudah dikatakan musyrik dan halal darahnya, karena mengkultuskan Nabi Muhammad saw dan menganggapnya tuhan sembahan hingga berebutan air bekas wudhunya, mirip dengan kaum nasrani yang berebutan air pastor

Nah.. kita boleh menimbang diri kita, apakah kita sejalan dengan sahabat atau kita sejalan dengan generasi sempalan.

Wahai saudaraku, jangan alergi dengan kalimat syirik, syirik itu adalah bagi orang yang berkeyakinan ada Tuhan Lain selain Allah, atau ada yang lebih kuat dari Allah, atau meyakini ada tuhan yang sama dengan Allah swt. Inilah makna syirik.

Sebagimana sabda Nabi saw : “Kebekahan adalah pada orang orang tua dan ulama kalian” (Shahih Ibn Hibban hadits no.559) Dikatakan oleh Al hafidh Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy menanggapi hadits yang diriwayatkan dalam shahih muslim bahw Rasul saw membaca mu’awwidzatain lalu meniupkannya ke kedua telapak tangannya, lalu mengusapkannya ke sekujur tubuh yang dapat disentuhnya, hal itu adalah tabarruk dengan nafas dan air liur yang telah dilewati bacaan Alqur’an, sebagaimana tulisan dzikir dzikir yang ditulis dibejana (untuk obat). (Al Jami’usshaghiir Imam Assuyuthiy Juz 1 hal 84 hadits no.104)

Telah dibuktikan pula secara ilmiah oleh salah seorang Profesor Jepang, bahwa air itu berubah wujud bentuknya dengan hanya diucapkan padanya kalimat kalimat tertentu, bila ucapan itu berupa cinta, terimakasih dan ucapan ucapan indah lainnya maka air itu berubah wujudnya menjadi semakin indah, bila diperdengarkan ucapan cacian dan buruk maka air itu berubah menjadi buruk wujud bentuknya, dan bila dituliskan padanya tulisan mulia dan indah seperti terimakasih, syair cinta dan tulisan indah lainnya maka ia menjadi semakin indah wujudnya, bila dituliskan padanya ucapan caci maki dan ucapan buruk lainnya maka ia berubah buruk wujudnya, kesimpulannya bahwa air itu berubah dengan perubahan emosi orang yang didekatnya, apakah berupa tulisan dan perkataan.

Keajaiban alamiah yang baru diketahui masa kini, sedangkan Rasul saw dan para sahabat telah memahaminya, mereka bertabarruk dengan air yang menyentuh tubuh Rasul saw, mereka bertabarruk dengan air doa yang didoakan oleh Rasul saw, maka hanya mereka mereka kaum muslimin yang rendah pemahamannya dalam syariah inilah yang masih terus menentangnya padahal telah dibuktikan secara dalil shahih dan pula pembuktian ilmiah, menunjukkan pemahaman mereka itulah yang jumud dan terbelakang.

Walillahittaufiq